Selamat Datang dirumah Bass Marlin Goesty Bass Marlin (KKM KM.Marlin): Agustus 2018

KM.Marlin

KM.Marlin
KM.Marlin Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi

Senin, 13 Agustus 2018

Hutan Menawan Di Dasar Laut


   

            Speedboat membelah ombak Selat Bali, baru-baru ini. Perahu mesin ini membawa beberapa wisatawan pencinta keindahan bawah laut. Rombongan kecil ini bergerak ke arah Utara Banyuwangi sekitar Pantai Bunder Bangsring.


             Speedboat berhenti di sebuah titik. Tepatnya di salah satu terumbu karang. Para penumpang turun bergantian melihat kondisi terumbu karang di paparan pantai bunder dan mengamati hasil rehabilitasi karang model biorock. Kegiatan rehabilitasi ini adalah kerja sama antara Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi dengan masyarakat nelayan sekitar.


             Penyelaman ini ibarat membuka jendela dan menatap hamparan terumbu karang. Bila di darat ada hutan, di laut kita akan mendapati terumbu karang. Hutan dan terumbu karang memiliki peran yang sama bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Bahkan, terumbu karang memiliki fungsi spektakuler: menyimpan catatan sejarah kehidupan bumi sejak ratusan tahun silam. Di luar itu, terumbu karang memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan juga estetika.





             Ironisnya, tingkat kerusakan terumbu karang di Tanah Air yang memiliki luas sekitar 51.000 hektare mencapai 70 persen. Faktor penyebab kerusakan adalah alam, perilaku manusia dan pemanasan global. Entah apa yang bakal terjadi jika tidak ada rehabilitasi. Yang pasti bumi tidak lagi memiliki pencatat sejarah dan pengingat peristiwa alam di masa depan.

             Di bawah kedalaman laut yang biru membentang ragam kehidupan yang diperlihatkan melalui tarian tumbuhan dan hewan-hewan. Jutaan polip berseliweran berjuang membangun karang. Setelah menjadi koloni, terbentanglah terumbu laksana hutan di daratan.

            Di seputaran pantai bunder bangsring dan Grand Watudodol, tim Marlin Diving Club membuat proyek percontohan rehabilitasi terumbu karang. Mereka menerapkan model berbeda untuk rehabilitasi terumbu karang yakni biorock di bunder dan transplantasi di GWD. Namun dengan satu tujuan: yakni memancing polip membangun karang hingga menjadi sebuah koloni.

            Sebenarnya makhluk hidup yang bersemayam di dalam karang adalah sebuah sel hidup bernama polip. Untuk bisa hidup polip bergantung pada hewan laut lain bernama zooxanthella yang seakan berfungsi sebagai gudang beras. Hubungan polip dan zooxanthella atau autotropik menghasilkan proses fotosintesa dan respirasi. Sedangkan untuk pasokan protein dan sumber energi lain didapat dari proses heterotropik melalui plankton atau sumber nutrin lain.

              Dengan dukungan zooxanthella dan pasokan nutrin itu polip pun memiliki kekuatan untuk membangun rumah yang disebut karang. Pada akhirnya karang-karang itu menjadi bagian dari sebuah ekosistem perairan pantai yang dinamis namun rentan terhadap perubahan lingkungan bernama terumbu karang.

              Tidak semua terumbu karang rusak dapat direhabilitasi. Khusus untuk kerusakan terumbu karang yang terjadi di Pantai Bunder Bangsring dan GWD, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi setempat membenamkan sebuah kerangka besi bernama biorock sejak beberapa bulan silam.

              Proses rehabilitasi model biorock merupakan pengembangan dari penelitian Thomas J. Goreau dan Wolf H. Hilbertz delapan tahun lampau. Caranya dengan membuat terumbu buatan dari besi yang dibentuk seperti iglo atau kerucut. Kerangka besi berfungsi sebagai katoda dalam proses elektrolisasi air laut. Sedangkan kawat-kawat berbentuk jala menjadi anoda.

              Untuk mendukung efek elektrolisasi, katoda dan anoda ini mendapat pasokan listrik sebesar 12 volt dari kabel yang dihubungkan ke solar sel di pantai bunder. Efek elektrolisasi itu diharapkan membuat kalsium karbonat lebih cepat mengapur. Enam bulan sebelumnya.

              Ternyata upaya para peneliti menunjukkan hasil yang lumayan menggembirakan. Enam bulan setelah masa pembenaman biorock iglo dan penempelan karang, Team mencatat terjadi peningkatan panjang karang rata-rata 1 sentimeter. Peningkatan kecepatan tumbuh ini terbilang lima kali lebih cepat dari biasanya. Ini membuktikan efek elektrolisasi benar-benar bisa mempercepat proses pengapuran.

               Proses rehabilitasi dengan model biorock berbentuk kerucut juga menunjukkan hasil positif. Ikan-ikan laut, meski yang terbilang kecil, mulai riang bermain di dalamnya. Hal ini membawa harapan bagi para nelayan. Manfaat besar karang akan benar-benar terasa setelah karang-karang scleractina ini menjadi sebuah terumbu yang juga memberikan nilai ekologis dan estetika serta fungsi perlindungan terhadap pulau di dekatnya.

              Di GWD, kelompok lainnya melakukan model transplantasi. Kegiatan model transplantasi ini dikembangkan oleh Marlin Diving Club dengan model tanaman Kaktus. Aktivitas penduduk di tempat ini terbilang tinggi sehingga ancaman kerusakan terumbu karang pun tinggi. Beruntung ada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi yang selalu peduli terhadap keberadaan karang yang menjadikan kawasan ini sebagai daerah perlindungan laut. Membuat ekosistem terumbu karang di kawasan ini lebih terlindung. Bahkan penduduk di sekitaran pantaipun dipicu ikut menjaga, mengembangkan serta meraih nilai ekonomis dari keberadaan terumbu karang.




              Antropogenic atau prilaku manusia yang dengan sengaja melakukan pemboman atau pembiusan dengan sianida atau menambang langsung karang yang sudah jadi menjadi ancaman kerusakan terumbu karang di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, ancaman penyakit dan predator di dalam laut ternyata ikut memberikan andil pada kerusakan terumbu karang. Ikan kepe-kepe, ikan burung kakatua, bintang laut hingga bulu babi adalah contoh para predator.

              Di luar itu ada juga organisme pengebor yang ikut andil mengurangi koloni terumbu karang. Ancaman terberat adalah pemanasan global yang ditimbulkan rumah kaca yang membuat suhu laut meningkat tajam di luar batas aman suhu untuk terumbu karang antara 18 hingga 28 derajat Celsius. Hasil akhir dari pengerusakan itu adalah hilang atau keluarnya zooxanthella yang sebenarnya merupakan gudang beras bagi polip sehingga polip kelaparan, memucat lalu memutih atau bleaching kemudian mati.

            Di perairan selat bali team Marlin Diving Club Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi melakukan rehabilitasi model transplantasi atau pencangkokan karang dengan mengikatkan di sebuah rak di dasar laut. Tujuannya untuk memulihkan atau membentuk terumbu karang alami.

             Proses rehabilitasi model transplantasi ini diawali dengan memotong sebuah koralit karang. Setelah karang ditempelkan di atas sebuah subtrat yang merupakan campuran semen dan batu apung. Bagian tengah substrat dilubangi untuk meletakkan pragmen karang. Setelah itu teman-teman team Marlin Diving Club mengikatkan karang di atas sebuah rak besi.

            Pertumbuhan karang cangkokan cukup terlihat. Paling tidak lebih cepat dibandingkan karang yang dibiarkan hidup secara alami. Di laut sedalam sekitar lima meter, Para pencinta alam bawah laut menyaksikan sejumlah rak besi dengan substrat berisi karang yang mulai memanjang.

           Catatan menarik tentang terumbu karang di tempat ini adalah masih banyak terumbu karang dengan keanekaragaman spesies yang benar-benar memanjakan mata. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna-warni alga yang melapisi setiap karang. Bahkan ikan-ikan hias berkeliaran bebas seakan ikut menikmati keindahan kawasan pemukiman polip ini.

            Buah dari pertumbuhan karang adalah terumbu karang yang bukan lagi menjadi surga bagi biota laut dan menghadirkan keindahan laut yang sebenarnya. Namun, terumbu karang yang kian kokoh akan memperluas zonasinya sehingga ia pun menjadi pelindung pulau yang ada di belakangnya.

            Seperti hutan yang menjadi pemasok oksigen terbesar dan paru-paru kehidupan di atas bumi demikian juga dengan terumbu karang bagi kehidupan di laut. Makin memutih terumbu karang akibat tangan-tangan manusia, predator atau pemanasan global tentu saja membawa kerugian yang teramat sangat. Sebab dampak akhirnya juga akan terasa pada manusia yang bukan hanya kehilangan sumber ekologi, ekonomi dan estetika, tapi sang pelindung kehidupan di daratan ikut lenyap.

           Lebih dari itu, manusia akan kehilangan kekayaan nan tak ternilai. Yakni pencatat sejarah perjalanan bumi. Karena ternyata bila sebongkah terumbu karang dibelah maka akan mengungkap usia daratan di dekatnya sekaligus catatan peristiwa alam yang pernah terjadi. Maka sangat merugi bila sang pelindung dan pencatat sejarah kehidupan bumi ini hancur. MDC/Bassmarlin.

          Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

           Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.

           Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Mari Kita jaga dan lindungi bersama-sama. Terima Kasih, Jayalah Perikanan Indonesia.

Saya susah payah merintis konservasi ini, 
saatnya generasi mudalah melanjutkannya. 
Maka inilah tanggung jawab berat, 
karena mencari generasi muda yang benar-benar peduli 
sangat-sangat sulit sekali. GoestyBassMarlin@blogspot.com