Selamat Datang dirumah Bass Marlin Goesty Bass Marlin (KKM KM.Marlin): April 2017

KM.Marlin

KM.Marlin
KM.Marlin Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi

Minggu, 30 April 2017

GAMBARAN TENTANG BST, AFF & SCRB

            Konvensi Internasional tentang Standards of Training, Certification and Watchkeeping (STCW), mensyaratkan bahwa setiap pelaut harus menjalani “program pengenalan" dan "pelatihan dasar keselamatan" yang meliputi pengetahuan dasar menghadapi kebakaran, pertolongan pertama tingkat dasar, teknik mempertahankan hidup dan keselamatan pribadi,  serta tanggung jawab sosial.  Keselamatan yang berlaku untuk semua kapal pada semua ukuran. Tidak ada batasan tonase untuk mengikuti pelatihan ini. Hal ini berlaku juga untuk semua anggota awak kapal dan tidak ada persyaratan pendidikan minimal.

           Pelaut menyadari dan memahami akan bahaya  bekerja di laut (kapal) dan dapat merespons dengan tepat dalam keadaan darurat. Baik teman – teman pelaut, saya akan mencoba memberi sedikit gambaran apa itu Basic Safety Training (BST), Advanced Fire Fighting (AFF) dan Survival Craft & Rescue Boats (SCRB).

Basic Safety Training (BST)

                Apa itu Basic safety training??? Sebelumnya perlu saya jelaskan kepada teman-teman semua apa itu basic safety training (BST) dan pentingnya BST bagi yang ingin menjadi pelaut.

                Basic Safety Training atau yang biasa disingkat BST adalah latihan keselamatan dasar bagi para pelaut pemula yang bertujuan memberikan pembekalan dan pemahaman serta antisipasi apabila suatu saat terjadi kecelakaan atau keadaan darurat di laut sehingga para pelaut dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain dan dapat mengurangi resiko sekecil apapun.



Kecelakaan kapal dapat berupa :
1.Terbakarnya sebagian kapal atau seluruhnya.
2.Terjadinya tabrakan baik tabrakan sesama kapal atau dengan dermaga atau batu karang.
3.Terjadinya kebocoran lambung kapal yang dapat mengakibatkan tenggelamnya kapal.

            Berbagai kecelakaan yang saya sebutkan diatas sangat membahayakan karena itu untuk mengantisipasi bagi para pelaut pemula harus memahami tentang :

  • Cara menggunakan alat penolong dan penyelamat diatas kapal.
  • Cara memberikan pertolongan kepada orang lain yang mengalami kecelakaan.
  • Persiapan dan tindakan yang harus dilakukan seorang pelaut dalam suatu kecelakaan, seperti   sebelum dan sesudah terjun kelaut dari kapal dalam penyelamatan diri.
  • Tindakan selama berada di air/mengapung dilaut.
  • Tindakan dalam menaiki sekoci/perahu penolong dan selama berada di sekoci.
  • Tindakan menolong orang lain dalam membantu menaiki sekoci dan menolongnya selama diatas sekoci.


         Materi Basic Safety Training ada 4 hal yang di ajarkan mengacu pada kurikulum dan regulasi International Maritim Organisation ( IMO) dengan model course sebagai berikut:

  •  Personal survival technique
  •  Fire Prevention and fire fighting
  •  Personal safety and responsibility
  •  Elementary First aid


                 Baiklah teman-teman itulah secara singkat pengertian mengenai Basic safety training dan nanti akan saya jelaskan secara singkat satu per satu dibawah ini mengenai materi yang diajarkan basic safety training.

A. Personal survival technique.




              Adalah tehnik bertahan hidup personal meliputi pengenalan simbol-simbol dan cara penggunaan alat-alat keselamatan dikapal seperti sekoci (life boat),pelampung(lifebuoy),pakain pelindung panas(thermal protective aids),perahu karet(life raft) dll.

B. Fire Prevention and Fire fighting

         Adalah tindakan pencegahan kebakaran dan cara memadamkan kebakaran dikapal. Materi yang diajarkan meliputi pemahaman mengenai jenis-jenis kebakaran dan penyebabnya serta alat yang dipakai untuk memadamkan berbagai jenis kebakaran.Juga diajarkan tehnik memadamkan api dan bertahan hidup ketika terjadi kebakaran.



C. Personal Safety and Responsibility

           Adalah pengetahuan tentang keselamatan personal dan tugas yang harus dilakukan ABK mengantisipasi keadaan darurat apabila terjadi kecelakaan biasanya dikapal sudah disusun struktur organisasi yang jelas untuk setiap ABK mendapat tugas masing-masing sesuai posisi dan jabatannya dikapal apabila terjadi keadaan darurat.


D. Elementery First Aid.

           Adalah pengetahuan tentang tehnik pertolongan pertama yang diberikan kepada orang ketika terjadi kecelakaan dikapal sebelum mendapat pertolongan medis,biasanya materi yang diajarkan meliputi tehnik dasar pertolongan pertama,cara menangani korban,pengenalan jenis kecelakaan,system kerja organ tubuh manusia.



Advanced Fire Fighting (AFF)


            Seorang petugas pemadam kebakaran (juga dikenal sebagai petugas pemadam kebakaran) adalah penyelamat yang ekstensif terlatih dalam pemadam kebakaran, terutama untuk memadamkan api berbahaya yang mengancam properti dan penduduk sipil atau alami, dan untuk menyelamatkan orang-orang dari situasi berbahaya, seperti kendaraan runtuh atau bangunan terbakar atau jatuh. Di beberapa daerah, mereka juga dilatih di Emergency Medical Services (EMS) dan beroperasi ambulans selain menjadi petugas pemadam kebakaran.

    Kompleksitas kehidupan industri modern dengan keunggulan yang lebih besar dari bahaya telah menciptakan peningkatan keterampilan yang dibutuhkan dalam teknologi pemadam kebakaran dan perluasan kewenangan petugas pemadam kebakaran-penyelamat. Layanan api, atau kebakaran dan penyelamatan layanan, juga dikenal di beberapa negara seperti pemadam kebakaran atau pemadam kebakaran, adalah salah satu dari tiga layanan darurat utama. Pemadam kebakaran dan petugas pemadam kebakaran telah menjadi mana-mana di seluruh dunia, dari wildlands ke daerah perkotaan, dan kapal kapal. Menurut kamus Merriam-Webster, kata Inggris pemadam kebakaran telah digunakan sejak tahun 1903.  Dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi istilah yang lebih disukai, menggantikan pemadam kebakaran, karena wanita juga berfungsi sebagai petugas pemadam kebakaran, dan juga karena pemadam kebakaran jangka dapat memiliki arti lain , termasuk seseorang yang menetapkan, stoke, atau cenderung kebakaran, terutama di perapian yang ditunjuk -. kebalikan dari peran pemadam kebakaran.

            Di banyak negara, sementara sebagian besar petugas pemadam kebakaran relawan, petugas pemadam kebakaran juga dapat digunakan sebagai pekerja penuh waktu dan dibayar gaji. petugas pemadam kebakaran relawan (yang secara teoritis tidak dibayar) dan ditahan petugas pemadam kebakaran (atau petugas pemadam kebakaran tambahan, yang dibayar untuk waktu tertentu mereka bertugas, yaitu, permanen paruh waktu pemadam kebakaran karir) bertugas sebagai diperlukan. [3] Di negara-negara seperti Inggris Raya, penggunaan pemadam kebakaran dipertahankan tambahan standar. Di Portugal, misalnya, penggunaan pemadam kebakaran relawan adalah standar, bersama dengan petugas pemadam kebakaran karir. Di Australia ada brigade relawan yang merupakan layanan pedesaan sebagian besar belum dibayar, meskipun secara tradisional mereka dibayar oleh majikan mereka jika berteriak selama jam kerja biasa.


Survival Craft and Rescue Boat (SCRB)


        Seperti tertuang dalam Standards of Training, Certification and Watch keeping for seafares atau STCW 1978 amandemen 1995, Survival Craft and Rescue Boat atau SCRB tertuang dalam section A-VI/2. SCRB dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang pesawat/craft keselamatan dan kapal penyelamat. Yang dimaksud dengan survival craft adalah pesawat keselamatan berupa sekoci, dan sekoci karet. Sedangkan rescue boat merupakan kapal penyelamat yang biasanya digunakan pada saat terjadi peristiwa MOB atau Man Overboard (orang yang terjatuh dari atas kapal dan terapung di laut). Setiap kapal yang berlayar berdasarkan SOLAS 1974 Chapter III, setiap kapal harus dilengkapi dengan 6 macam peralatan dan pesawat keselamatan sebagai berikut:

  • ·         Life Boat (sekoci penolong)
  • ·         Life Raft (rakit penolong)
  • ·         Life Buoy (pelampung penolong)
  • ·         Buoyant Apparatus (alat-alat pelampung lainnya~life ring,etc*
  • ·         Life Jacket (rompi penolong)
  •       Line Throwing Apparatus (alat pelempar tali)


   Life Boat biasanya terbuat dari bahan Fiberglass dan dilengkapi dengan motor serta perlengkapan keselamatan lainnya (air kemasan, makanan/biscuit, signaling device (parachute flares, hand flares, smoke, mirror, dsb). Tergantung besar kecilnya life boat, untuk kapal pesiar rata rata satu life boat dapat mengangkut kurang lebih 150 orang penumpang pada saat emergency dan dapat digunakan untuk tender service (mengangkut penumpang dari dan ke pier/pelabuhan pada saat kapal anchor) dengan maximal angkut 75 orang penumpang.


      Life Raft yang digunakan di kapal biasanya terbuat dari bahan karet dan dibungkus kapsul, bersifat inflatable serta ditempatkan di geladak kapal terbuka dan hanya diikat dengan automatic release. Kegunaan dari automatic release ini adalah untuk melepaskan life raft secara otomatis pada saat kapal tenggelam di bawah air laut kurang lebih setelah mencapai kedalaman 2-4 meter. Dengan demikian life raft dapat mengembang di permukaan air laut dan dapat digunakan oleh para penumpang yang selamat. Perlengkapan keselamatan juga terdapat pada Life Raft (rakit penolong) seperti pada life boat.


     Pada saat terjadi situasi emergency seperti kebakaran atau kapal mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kapal akan tenggelam, Kapten kapal/Nahkoda akan memberikan pengumuman melalui PAS atau Public Announcement System yang dapat di dengar diseluruh rauangan di dalam kapal. Apabila Nahkoda memerintahkan untuk meninggalkan kapal atau abandon ship, kapten akan membunyikan alarm sebagai berikut:

Abandon Ship alarm : seven short blast followed by one long blast repeated at least three times atau tujuh bunyi pendek diikuti dengan satu bunyi panjang diulang minimal 3 kali.

Fire Alarm   : one short one long sounded three times and repeated continously with announcement atau satu pendek satu panjang diulang tiga kali dan dilanjutkan berkesinambungan diikuti pengumuman dari anjungan/bridge.

               Setelah mendengar alarm tersebut setiap crew yang bertugas hendaknya melakukan tugas seperti apa yang tertera pada mustering list atau assignment dari Chief Officer atau Kapten. Untuk crew yang bertugas pada saat mendengar abandon ship alarm diharapkan menuju kamarnya dan berpakaian hangat serta mamakai lafe jacket dan menuju ke muster station dan melakukan tugas masing masing ( boat commander dan assistantnya memeriksa penumpang dan mengechek kelengkapannya~life jacket dan presensi~). Setelah semua penumpang dinyatakan siap dan sekoci siap beroperasi maka penumpang mulai embark ke sekoci dengan dihitung keras berdasarkan nomor urut dan diatur oleh assistant boat commander tempat duduknya. Setelah itu sekoci diturunkan dan secara otomatis bowsing tacle akan terlepas dari tali pengaitnya setelah sekoci menyentuh permukaan laut.

              Setelah sekoci launching di air maka sekoci tersebut menjauh dari kapal induk untuk menghindari ikut terisapnya sekoci kedalam laut pada saat kapal tenggelam. Pada saat didalam sekoci seluruh penumpang diberikan seasick pills atau obat anti mabuk untuk menghindari adanya penumpang yang mabuk laut. Kemudian sekoci menarik life raft dan mengumpulkannya menjadi satu serta berpatroli keliling sekitar tenggelamnya kapal induk untuk memastikan tidak ada penumpang selamat yang tidak terselamatkan atau terlewatkan. Setelah itu seluruh life raft di posisikan di tengah dengan di kelilingi oleh seluruh sekoci. Air minum berupa paket kecil 0.5 liter/person/day diberikan setelah 1x24 jam, sedangkan makanan berupa biscuit yang mengandung kalori tinggi. Apabila makanan telah habis maka fishing gear dipergunakan untuk memancing ikan di laut.

            Apabila kehabisan air minum, secara darurat penumpang dapat mengumpulkan embun pada pagi hari dan menempungnya serta menampung air hujan sebanyak banyaknya (sekoci dan rakit penolong di desain untuk dapat mengoptimalkan penjaringan air hujan sebanyak banyaknya.


     Itulah hal hal utama yang perlu diketahui dalam pelatihan Survival Craft and Rescue Boat yang harus diketahui dan diterapkan oleh tiap tiap pelaut dalam mengantisipasi keadaan gawat darurat di atas kapal.

      Untuk anda senior pelaut tentunya anda sudah pernah melakukan dan tahu apa itu Survival Craft dan Rescue Boat. Hope this article is usefull for all of you and may God Bless you all. Cheers....

           Demikian teman-teman penjelasan singkat yang saya rangkum mudah-mudahan bisa memberikan gambaran ketika teman-teman sekalian ingin menjadi pelaut. Secara lebih detailnya biasanya nanti sudah ada kerjasama dari agency dengan perusahaan penyedia training BST, seperti training khusus BST yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Perikanan Banyuwangi (BPPP Banyuwangi) Jl.Raya Situbondo, KM.17, Desa Bangsring, Kec. Wongsorejo, Banyuwangi – Jawa Timur. (0333)510688

            # Sertifikat ketrampilan yang wajib dimiliki oleh para pelaut di samping sertifikat formal. Diantaranya adalah: 

1. Basic Safety Training (BST)/Pelatihan Keselamatan Dasar
2. Advanced Fire Fighting (AFF)
3. Survival Craft & Rescue Boats (SCRB)
4. Medical First Aid (MFA)
5. Medical Care (MC)
6. Tanker Familiarization (TF)
7. Oil Tanker Training (OT)
8. Chemical Tanker Training (CTT) 9. Liquified Gas Tanker Training (LGT)
10. Radar Simulator (RS)
11. ARPA Simulator (AS)
12. Operator Radio Umum (ORU) / GMDSS

Sabtu, 22 April 2017

Menjebak Ikan Pakai Cahaya Lampu....???


          Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian yang tinggi. Untuk mengurangi ketidakpastian hasil tangkapan ikan tersebut, nelayan sudah sejak lama menggunakan sarana “cahaya” sebagai alat bantu penangkapan ikan.

      Sebelum teknologi electrical light berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai belahan dunia menggunakan cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pada awalnya penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya terbatas pada perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti perikanan pukat pantai, sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri, pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu penangkapan ikan pada perikanan purse seine, bagan, stick held deep nets, dan lain-lain.

       Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900, kemudian selanjutnya berkembang ke berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri, penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan tidak diketahui dengan pasti. Diduga, perikanan dengan alat bantu lampu berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar ke bagian barat Indonesia.

Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan


        Pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu

        Penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya dalam aktivitas hidupnya, seperti memijah, mencari makan, dan menghindari serangan ikan besar atau binatang pemangsa lainnya. Cahaya merupakan faktor utama bagi ikan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Atas dasar pengetahuan tersebut, maka nelayan menggunakan cahaya buatan untuk mendorong ikan melakukan aktivitas tertentu.

    Secara umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumber cahaya).

     Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan.

     Namun demikian, tingkat gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar jenis ikan. Perbedaan tersebut secara umum disebabkan karena perbedaan faktor phylogenetic dan ekologi, selain juga oleh karakteristik fisik sumber cahaya, khususnya tingkat intensitas dan panjang gelombangnya. Hasil kajian beberapa peneliti menyebutkan bahwa, tidak semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nanometer yang mampu ditangkap oleh mata ikan.

Pemanfaatan cahaya


     Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air, sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan.

       Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.

      Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya.

      Untuk tujuan menarik ikan dalam luasan yang seluas-luasnya, nelayan biasanya menyalakan lampu yang bercahaya biru pada awal operasi penanggkapannya. Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya.

   Setelah ikan tertarik mendekati cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya yang relatif rendah frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada tahap akhir penangkapan ikan.

      Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah yang relatif terbatas. Sehingga, ikan-ikan yang awalnya berada jauh dari sumber cahaya (kapal), dengan berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya merah. Setelah ikan terkumpul di dekat kapal (area penangkapan alat tangkap), baru kemudian alat tangkap yang sifatnya mengurung gerombolan ikan seperti purse seine, sero atau lift nets dioperasikan dan mengurung gerakan ikan. Dengan dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka operasi penangkapan ikan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.

Tantangan


     Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukan lampu listrik. Sebagian besar nelayan beranggapan bahwa semakin besar intensitas cahaya yang digunakan maka akan memperbanyak hasil tangkapannya. Tidak jarang nelayan menggunakan lampu yang relatif banyak jumlahnya dengan intensitas yang tinggi dalam operasi penangkapannya. Anggapan tersebut tidak benar, karena masing-masing ikan mempunyai respon terhadap besarnya intensitas cahaya yang berbeda-beda.




      Studi terhadap besarnya nilai intensitas cahaya yang mampu menarik ikan pada setiap jenis ikan perlu dilakukan. Hal ini penting, selain agar ikan target tepat berada dalam area penangkapan, juga untuk menghindari pengurasan ikan tangkapan dan pemborosan biaya penangkapan. Sebab tidak jarang, dalam operasi penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya ini ikan-ikan yang belum layak ditangkap (belum memijah) atau bahkan masih juvenile ikut tertangkap sebagai hasil tangkapan ikan sampingan. Bila ini dilakukan terus-menerus, maka kerusakan sumberdaya ikan tinggal menunggu waktunya.

   Oleh karena itu, banyak sekali kajian-kajian yang telah dilakukan selalu merekomendasikan untuk penghapusan alat tangkap yang menggunakan alat bantu ini. Hal ini disebabkan tingginya tingkat ketidakselektifan alat tangkap yang menggunakan lampu dalam operasi penangkapan ikan. Merupakan pekerjaan besar bagi perekayasa alat penangkapan ikan ke depan untuk membuat alat tangkap yang mampu menseleksi hasil tangkapannya sehingga mengurangi hasil tangkapan sampingan.


         SPESIFIKASI TEKNIS LAMPU DALAM AIR

# Jenis Lampu : Bohlam Pijar 500 Watt
Dudukan Lampu : Resin BQTN
Kerangka Stainles Steel : Delta (Ǿ diameter ) 5 mm
System Kedap Air : Sela Silikon Rubber
Stabilisator (Pemberat) : Besi Tebal 10 mm Dilapisi Chrom
Kabel : 12 Meter
Dimer : Kapasitas 600 Watt
Tali Penggulung (tambang): 10 meter
Sumber Listrik : AC (Genset) 220 Volt

# Jenis Lampu : Bohlam Mercury 250 Watt
Dudukan Lampu : Alluminium Cor + Resin
Rangka : Besi dilapisi Chrom diameter 6 mm
System Kedap Air : Sela Silikon Rubber
Stabilisator (Pemberat) : Besi Tebal 11 mm Dilapisi Chrom
Panjang Kabel : 12 Meter
Dimer : Kapasitas 600 Watt
Tali PE (tambang) : diameter 6 mm, Panjang 12 meter
Sumber Listrik : AC (Genset) 220 Volt 

Itulah sekilas tentang lampu dalam air, guna membantu para nelayan mencari ikan. Smoga bermanfaat...Thanks.

Jumat, 21 April 2017

Komponen - Komponen Dasar Mesin Diesel

Pada Kesempatan Kali ini kita akan membahas tentang beberapa Komponen Dasar Mesin Diesel, dimulai dari :

                  Engine Block dan Cylinder Head

             Block Assembly

Pada bagian ini akan dijelaskan nama dan fungsi komponen-komponen yang terdapat pada cylinder block.

             Engine Block

Engine block adalah bagian utama yang mendukung semua komponen engine.


            Cylinder


Cylinder ialah lubang-lubang di block engine. Cylinder mempunyai beberapa fungsi dan tugas yaitu:
      - Rumah untuk piston.
      - Ruang untuk pembakaran.
      - Meneruskan panas keluar dari piston.



           Cylinder Liner

Cylinder liner membentuk selubung air yang membatasi air pendingin dengan piston.
Terdapat dua jenis Cylinder Liner: Wet type cylinder liner (tipe basah) dan dry type (tipe kering). Liner basah mempunyai o-ring yang menyekat selubung air dan mencegah bocornya pendingin.
Dry liner atau biasa juga disebut sleeve dipakai untuk memperbaiki parent bore yang mengalami kerusakan. Liner semacam ini disebut “dry“ karena sangat merapat pada dinding lubang cylinder di block engine tanpa ada air yang berkontak langsung dengannya.

           Piston

Piston terpasang sempurna di dalam tiap cylinder liner dimana bisa bergerak ke atas dan ke bawah selama proses pembakaran. Bagian atas piston merupakan dasar dari ruang bakar.

Berdasarkan cara pembuatannya piston dapat dibagi menjadi:

·    Cast aluminium crown dengan forged aluminium skirt, dimana kedua bagian            tersebut disambung dengan pengelasan electron beam.
·   Composite, steel crown dan alumnium skirt yang dibaut menjadi satu.
·   Articulated, forged steel crown dengan pin bore dan bushing, dimana cast aluminium skirt terpisah. Dua bagian ini disatukan dengan wrist pin.
Tipe yang umum ialah piston tunggal cast aluminium dengan piston ring belt (sabuk baja) sebagai tempat ring piston.

Berdasarkan sistem bahan bakar dan bentuk ruang bakar maka dikenal dua macam piston, yaitu:

-          Pre combustion piston mempunyai heat plug pada crown.
-          Direct injection piston tidak mempunyai heat plug.

Adapun jenis piston ring yang terpasang pada piston adalah sebagai berikut:

          Compression ring (ring kompresi)

         Berfungsi untuk menyekat ruang bakar bagian bawah guna mencegah kebocoran kompresi dan gas hasil pembakaran melalui piston.
Oil control ring (ring oli)
Biasanya hanya terdapat satu oil control ring di bawah dua compression ring, oil control ring melumasi dinding cylinder liner pada saat piston bergerak ke atas dan ke bawah. Lapisan oli mengurangi keausan cylinder liner dan piston.

          Connecting Rod



         Connecting rod menghubungkan piston ke crankshaft. Bagian-bagian dari connecting rod adalah sebagaqi berikut:

1.      Rod eye.
2.      Piston pin bushing.
3.      Shank.
4.      Cap.
5.      Rod bolt and nuts.
6.      Connecting rod bearing.

          Crankshaft


1.      Rod bearing journal.
2.      Counter weight.
3.      Main bearing journal.
4.      Web.

Crankshaft merubah gerak turun naik piston menjadi gerakan berputar yang dipakai untuk melakukan kerja. Di dalam crankshaft terdapat saluran lobang tempat jalannya oli yang disebut oil gallery. Lubang saluran oli dibuntu pada satu ujungnya dengan plug atau set screw.

Oil Passage Di dalam Crangshaft

Untuk mengurangi gerak maju atau mundur pada crankshaft (gerakan maju-mundur crankshaft tersebut biasa disebut End Play) maka dipasanglah thrust main bearing. Ada dua macam thrust main bearing, yaitu:

·         Insert bearing 2 (dua) buah
·         Flanged thrust bearing 1(satu) buah

           Flywheel

Flywheel (roda gila) dibautkan pada bagian belakang crankshaft di dalam rumah flywheel. Crankshaft memutar flywheel pada langkah tenaga, dan gaya momentum flywheel menjaga crankshaft tetap berputar mulus pada langkah hisap, kompresi dan langkah buang.
Fungsi flywheel ada tiga, yaitu:

·         Menyimpan energi untuk momentum di antara langkah tenaga.
·         Membuat putaran crankshaft supaya halus
·         Memindahkan tenaga ke mesin, torque converter atau beban lain

Pada bagian luar terdapat komponen ring gear melingkari flywheel. Ring gear dipergunakan sebagai roda gigi yang spline dengan pinion starting motor untuk start engine.

          Camshaft

Camshaft digerakkan oleh roda gigi crankshaft. Bila camshaft berputar maka cam lobe berputar. Komponen valve (klep) yang terhubung ke camshaft akan ikut bergerak naik dan turun. Bila permukaan lobe berada di atas, valve akan terbuka. Putaran camshaft adalah setengah putaran crankshaft sehingga valve membuka dan menutup pada waktu yang tepat selama proses empat langkah.

Bagian camshaft yang mendorong valve adalah camshat lobe. Masing-masing lobe mengoperasikan (1) Intake dan (2) Exhaust valve untuk setiap cylinder. Beberapa cam memiliki lobe untuk menyemprotkan bahan bakar. Lobe ini akan menekan unit injector. Lobe tersebut akan mengatur kapan bahan bakar disemprotkan ke combustion chamber.


Setiap lobe terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

1.      Base Circle
2.      Ramps
3.      Nose

Jarak dari base circle ke puncak nose disebut lift. Cam Lift menentukan seberapa jauh valve dibuka. Selain itu bentuk kelandaian ramp juga menentukan kecepatan membuka dan menutup valve, sedangkan bentuk nose akan menentukan berapa lama valve tersebut membuka penuh.

Misal : 

-          Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve tertutup menjadi terbuka penuh.
-          Lamanya atau duration valve dalam keadaan terbuka.
-          Kecepatan atau waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari valve terbuka penuh menjadi tertutup.

          Push rod/batang penekan

Push rod adalah pipa baja dengan dudukan di kedua ujungnya. Camshaft menggerakkan push rod sehingga mengangkat rocker arm.


           Valve Lifters


Valve lifter atau cam follower bertumpu pada setiap lobe camshaft.
Bila Camshaft berputar, valve lifter akan menyusuri permukaan lobe.
Valve lifter merubah gerak camshaft ke Push rod.
Push Rod memindahkan gerakannya ke rocker arm, untuk membuka dan menutup valve.

Ada 2 tipe valve lifter, yaitu:

1.      Slipper follower
2.      Roller follower

           Roller Follower

Roller follower memiliki roda baja keras yang berputar di atas camshaft lobe.

          Vibration Damper (Peredam Getaran)

          Pada bagian depan crankshaft terdapat vibration damper. Alat yang menyerupai flywheel kecil ini berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi akibat putaran crankshaft (torsional vibration).

Vibration Damper

Ada dua jenis peredam getar, yakni:

1.      Peredam karet (rubber damper), yaitu peredam yang menggunakan karet padat untuk menyerap getaran.
2.      Peredam cairan kental (viscous damper), yaitu peredam yang di dalamnya menggunakan cairan kental (oli berat) untuk menyerap getaran.

          Cylinder Head Group

Cylinder head dan componen-komponennya dirancang agar valve dapat membuka dan menutup dengan timing yang tepat, dan agar bahan bakar disuntikkan pada waktu yang tepat sehingga didapatkan kemampuan puncak dari engine.
Yang termasuk perangkat valve train antara lain:

1. Cylinder head
2. Valve cover (tutup klep)
3. Bridge
4. Valve spring assemblies
5. Valve guide
6. Valve seat insert
7. Valve
8. Rocker arm
Komponen Valve Train


             Gear Train Assembly

Gear Train Assemblies

Gear Train Assemblies dihubungkan untuk memindahkan tenaga dari crankshaft ke komponen-komponen lain dari engine. Gear Train Assemblies bisa berlokasi di bagian depan dan belakang engine. Pada gambar di atas gear Train Assemblies terdapat di bagian depan engine di antara plate belakang dan rumah timing gear.
Gear Train Assemblies menyelaraskan kerja komponen-komponen engine lainnya pada setiap langkah kerja engine.

            Komponen Seperangkat Roda Gigi

Komponen gear train antara lain:

1. Roda gigi crankshaft (crankshaft gear)
2. Roda gigi idler (idler gear)
3. Roda gigi camchaft (camshaft gear)
4. Roda gigi fuel injection pump (fuel injection pump gear)
5. Roda gigi pompa oli (oil pump gear)
6. Roda gigi pompa air (water pump gear)
7. Roda gigi kompresor udara (air compressor gear)

Komponen Gear Train

        Timing mark digunakan untuk mencocokkan roda-roda gigi dan untuk penyetelan atau pemeriksaan agar mendapatkan timing dengan tepat.

       Demikian ulasan ini, smoga bermanfaat dan terima kasih sudah mampir.